Selasa, 04 Februari 2014

MANUSKRIP ANAS UNTUK DEMOKRAT


MANUSKRIP ANAS UNTUK DEMOKRAT
Oleh : Roudlotul Dzihni

       DEMOKRAT.
Siapa yang tak mengenal partai yang satu ini? Partai penguasa negeri kita pada rezim saat ini. Demokrat, ya itulah dia. Partai dimana orang nomor satu negeri kita ini bernaung. Siapa lagi kalau bukan Bapak Susilo Bambang Yudhoyono. Partai ini termasuk salah satu partai baru di negeri ini. Bahkan dapat dikatakan jika umur dari partai ini barulah seumur jagung. Tetapi juga tidak dapat dipungkiri lagi jika Partai Demokrat,yang notabennya tergolong partai baru di negeri ini, sudah mampu mencapai puncak kejayaannya dan telah berhasil mengambil hati banyak rakyat Indonesia. Apalagi dengan terpilihnya Prof. Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono sebagai presiden terpilih masa kerja 2006-2010, lalu dalam periode kedua berhasil ia sabet gelar orang nomor satu di negeri ini, yakni masa jabatan 2010-2014, Demokrat semakin menunjukkan citranya dikalangan masyarakat Indonesia. Bersama Jusuf Kalla, SBY (begitulah nama akrab yang sering kali kita dengar untuk bapak presiden kita) memimpin negeri ini. Sejak saat itulah, dua partai besar sering kali berlalu lalang di depan Layar Televisi. Siapa lagi kalau bukan Demokrat, tempat SBY bernaung, dan Golkar tempat JK berbakti. Dan tidak dapat dipungkiri lagi jika keberadaan 2 raksasa partai ini telah mendongkrak dan menggeser keberadaan popularitas partai sebelumnya, yakni PPP dan PDI-P.
Periode pertama dari kepemimpinan 2 pembesar ini dapat dikatakan berhasil. Dan dari sumber lain mengatakan bahwa perekonomian Indonesia mengalami kemajuan dan tingkat kemiskinanpun semakin menurun. Rumah-rumah kumuh di Jakarta yang seakan menjadi icon ibu kota itupun sedikit demi sedikit mulai terkikis. Dan wajib belajar 12 tahun kabar-kabarnya lahir dari kepemimpinan mereka. Nah,, sejak saat itulah SBY mendapat kepercayaan dari rakyat Indonesia.
Baiklah,, terlepas dari semua permasalahan yang terjadi pada rezim itu, marilah kita kembali ke topik awal, yakni Demokrat. Masa jabatan SBY-JK telah berakhir. Tanda tanya besarpun muncul dalam benak politikus dan rakyat Indonesia. Siapa kiranya yang akan mencalonkan diri sebagai presiden Indonesia selanjutnya. Polemik dan berbagai presepsipun muncul. Akhirnya terjawablah, tanpa disangka-sangka, SBY menggandeng Boediono,yang saat itu menjabar sebagai Direktur Bank Indonesia, untuk maju pada Cawapres 2010-2014. Tak ketinggalan,JK pun menggandeng Wiranto dari Partai HANURA untuk tanding melawan partner kerjanya dulu. Selain 2 pasangan panas diatas, calon dari PDI-P pun tak mau ketinggalan unjuk gigi, yang tak lain adalah Megawati- Prabowo Subiyanto dari partai Gerindra. Singkat cerita,pasangan SBY-Boedionopun terpilih menjadi presiden 2010-2014.
Dengan demikian, terpilihlah SBY-Boediono untuk memimpin negeri ini. Tak berselang lama,Organisasi Partai Demokratpun melakukan rapat besar-besaran untuk memilih siapakah kiranya yang akan menjadi ketum selanjutnya. Akhirnya, tercetuslah tiga nama pembesar Demokrat yang nantinya, salah satu dari mereka akan memimpin Demokrat. Mereka adalah Anas Urbaningrum, Marzuki Ali, dan Andi Malarangeng.
Seluruh delegasi wakil Demokrat untuk semua daerah di Indonesia berkumpul untuk dilakukannya voting pemilihan ketua selanjutnya. Singkat cerita, Anaspun terpilih menjadi Ketua Umum Partai Demokrat. Dan seiring berjalannya waktu, Andi pun terpilih menjadi MENPORA (Menteri Pemuda dan Olahraga) rekomendasi dari Presiden SBY.
Awalnya masyarakat berpandangan jika Anas merupakan sosok yang pantas untuk memimpin partai nomor satu negeri ini. Awal-awalnya,kepemimpinannya berjalan lurus. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, masalah demi masalahpun datang silih berganti mendatangi partai tersebut. Kasus yang paling mencolok datang dari Menpora, Andi Malarangeng. Apalagi kalau bukan kasus Korupsi Hambalang yang menghebohkan negeri ini. Secara tidak langsung, ini berimbas pada immage Anas sebagai Ketua Umum Partai Demokrat dimana Andi bernaung. Sedikit demi sedikit karisma dari Anaspun mulai mendapat cemoohan dan penilaian jelek dari masyarakat. Dia sudah dianggap gagal dalam memimpin partainya. Gagal dalam memimpin, gagal dalam memberikan pengarahan. Meskipun ini merupakan masalah yang tidak perlu dibesar-besarkan jikalau terjadi pada partai biasa. Berhubung ini adalah partai peguasa, jelaslah jika semuanya dituntut untuk sempurna. Sekali mendapat masalah langsung menjadi topik terhangat disemua media massa. Dan berawal dari kasus Hambalang inilah Menpora mendapat kecaman dari Presiden SBY untuk segara merampungkan kasus tersebut. Bahkan, muncul kabar jika Andi akan dilengserkan jikalau saja kasus ini belum rampung juga.
Kasus Hambalang belum selesai. Muncul kasus baru yang datang dari Nazaruddin yang tidak kalah mengguncang polemik politik di negeri ini. Beribu-ribu presepsipun muncul dan berbagai kalanganpun ikut ambil bagian untuk saling lempar komentar perihal hal ini. Dari kalangan bawah hingga politikus hebatpun memperbincangkan hal ini. Pasti pembaca bertanya-tanya, apa hubungannya dengan Anas?. Ya tentu saja berhubungan. Perlu pembaca ketahui jikalau Nazaruddin adalah salah satu kader dari Partai Demokrat dan termasuk salah satu petingginya Demokrat yang memegang posisi penting dalam KPK. Dia menjabat sebagai Bendahara Umum KPK. Kasus berawal ketika Pekan Olahraga se-Asean bermulai, atau yang lebih sering kita kenal Asean Games. Terkait perencanaan pembangunan Wisma Atlet di Palembang, Nazaruddin dikabarkan terjerat kasus korupsi berpuluh-puluh milyar yang diketahui melalui pengecekan rekeningnya. Penyelesaian kasus inipun tidak semudah membalikkan telapak tangan. Nazaruddin dikabarkan melarikan diri ke luar negeri. Tetapi akhirnya tertangkap oleh kepolisian dunia yang notabennya juga bekerjasama dengan kepolisian Indonesia. Kasus tersebut makin njlimet dan makin banyak pihak yang terlibat. Kasus inipun juga menyeret nama mantan Putri Indonesia sekaligus istri dari Almarhum Adji Massaid,Angelia Sondakh yang juga merupakan kader dari Partai Demokrat yang aktif dalam DPR-RI.
Polemik dan presepsipun muncul dari berbagai kalangan yang secara tidak langsung mengaitkan kasus-kasus tersebut pada Anas Urbaningrum yang menjabat sebagai Partai Demokrat pada saat itu. Citra Anas pun makin buruk dalam pandangan masyarakat luas maupun kalangan politikus Indonesia. Apapun alasannya, Anaslah orang yang dianggap paling bertanggung jawab dengan adanya kasus-kasus tersebut. Ini semakin merendahkan citra Demokrat sebagai partai nomor satu di negeri ini. SBY pun ikut angkat bicara terkait permasalahan tersebut. Sebagai penasehat dan sesepuh Demokrat,SBY mengecam Anas untuk segera menuntaskan kasus tersebut sebelum Demokrat kehilanagn kepercayaan dari masyarakat. Anaspun semakin terpuruk dengan adanya kecaman dari SBY.
Dari tiga kasus besar diatas,dapatlah disimpulkan jika Demokrat harus berbenah diri. Kader-kader nya dituntut untuk pro-aktif menjalankan pemeritahan sebelum didobrak dan dilengserkannya kekuasaan Demokrat di ranah negeri ini. Selama berbulan-bulan,negeri ini bagai tergoncang oleh kasus-kasus Demokrat yang tiada henti menebar sensasi. Tanda tanya besarpun muncul di kalangan cendekia politik,apakah tindakan Anas selanjutnya untuk membersihkan citranya dari manuskrip-manuskrip kuno yang mengguncang dirinya.
Itu berarti, jikalau politik di Indonesia juga sangat dipengaruhi oleh kelakuan partai-partai besar yang berkuasa. Tidak hanya Demokrat yang harus berbenah, Indonesiapun harus melakukan pembersihan politisasi untuk menunjukkan kepada dunia luar jika inilah Indonesia, kami bisa jika kami bersatu. Kami bisa jika kami bertekad. Sudah saatnya kita bangkit dari keterpurukan ini.
INDONESIA.
http://idlohroudloh.blogspot.com/

0 komentar:

Posting Komentar